watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

TANTEKU , ENAK SEKALI . . .

Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang “Single
parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan
dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal
karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang
seorang pembalap lokal yang tidak terkenal
namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya
yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja
kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena
dengan kondisi keuangannya yang mapan,
tanteku secara teratur senam. Hasilnya,
walaupun dengan tiga orang anak,
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya
besar dengan pinggul yang juga besar tapi
pahanya selain putih dan mulus juga singset
tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun.
Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira
berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang
jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang
Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.
Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga
sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada
orang hanya ada tanteku yang sedang asyik
memasak untuk hidangan makan siang,
kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya
satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku
menemukan tanteku didapur sedang asyik
memasak. Dengan langkah gontai karena
kecapekan, aku langsung menghampiri meja
makan.
“Tante Yun, belum siap yah makanannya?”
tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu
tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih
repot sendiri” keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi
tangannya yang belepotan dengan berbagai
macam bumbu yang sedang diraciknya.
Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja
“Sekeras” ini. Walaupun begitu, entah kenapa
terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat
itu dia hanya menggunakan daster pendek yang
sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat
dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi
kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari
celana dalamnya kalau dia sedang
membungkukkan badannya. “Ah, seksi sekali”
pikirku kotor.
“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak
keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai
aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air
di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis
air yang langsung dari tandon air yang penuh
menyembur dengan derasnya mengenai tanteku
yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku
dengan paniknya berusaha menutupi saluran air
yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk
mencapai saluran itu dia harus sedikit
membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang
sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan
pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya
kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku
segera mendekat dan membantunya menutup
saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku
sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti
memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di
bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku
mengenai belahan pantatnya yang sekal.
Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga
menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa
bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.”
kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang
berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa
menahan gairah untuk merasakan tubuhnya.
Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari
saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar
cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup
saluran air itu sementara. Tanpa
sepengetahuannya aku justru melepas celanaku
berikut juga celana dalamku. Memang agak
susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan
tetap pada posisi semula kini bagian bawahku
sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante.
Sebentar Wawan carikan dulu yah”
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-
pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah
menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih”
sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku
menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat
juga berusaha untuk melorotkan celana
dalamnya yang entah warnanya apa, karena
sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi
tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?”
tanpa sadar tanteku melepas pegangannya
disaluran air untuk menahan tanganku yang
masih berusaha melepaskan celana dalamnya.
Air menyembur lagi.
“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena
mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga
tanteku berusaha untuk menutup saluran air
dengan tangannya lagi, otomatis tanganku
sudah tidak ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan
celana dalam tanteku melorot sampai diujung
kakinya.
“Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu,
jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku
lalu menyibak pantatnya yang besar dan
mencari liang senggamanya. Kudekatkan
kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai
vaginanya.
“Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku
ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa
beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air
pasti akan menyembur lagi.
Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari
vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku
bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi
bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan,
yang ada kepalanya semakin menggeleng-
geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang
agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku
juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira
jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian,
terasa pantatnya bergetar hebat.
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan
keras, rupanya tanteku sudah mencapai
orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa
melepas pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang
sudah mengacung dengan keras. Dengan dua
tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan
pantatnya sambil kudekatkan kontolku
kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit.
Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang
kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung
kulesakkan dengan kasar.
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku
langsung melonjak keatas, tanpa sengaja
pegangannya di saluran air terlepas. Air
menyembur dengan deras. Kepalang basah,
begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya
dia hanya berpegangan dipinggiran cucian
piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.
Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah
masuk hingga pangkalnya didalam vagina
tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana
ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga
orang manusia ini masih saja nikmat menggigit.
Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan
kutarik, kemudian kudorong lagi.
“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat
aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya
bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta
tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat.
Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar
hebat.
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi..
ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-
geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr..
aghh” Orgasmenya telah sampai dibarengi
dengan kepalanya yang melonjak naik,
tangannya mencengkeram pinggiran cucian
piring dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tanteku,
karena merasakan aku yang masih
mengocoknya dari belakang.
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan
ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji
tanteku.
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah
awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia
duduk diatas cucian piring sambil menghadapku.
Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan
kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami
berciuman, satu tangannya membimbing
kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh
dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan
masuknya juga kontolku.
“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami
terlepas.
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku
sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan
kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil
satu tangannya menarik satu tanganku,
kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya.
Aku tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk..
Wan teeruss..” rintih tanteku ketika sambil
kontolku mengocok vaginanya tanganku juga
memelintir klitorisnya.
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya
mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya
Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa
mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar
lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss..
didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt”
rintih tanteku.
“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh”
orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga
mengimbangi dengan menggoyang pantatnya.
Sambil berpegangan pada belakang pantatnya,
kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil
kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa..
uenakknya..” erangnya sambil jemarinya
mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan
dulu kontolku yang masih ada didalam
vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani
yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari
dosa, tanteku mendorong badanku.
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat
ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun,
meraih celana dalamnya kemudian berlalu
kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi
dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi
kemudian menguncinya.
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh”
candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada
balasan dari dalam.


Adult | GO HOME | Exit
1/2018
U-ON

inc Powered by Xtgem.com